Langsung ke konten utama

Meneroka Tubuh dalam Hatedu Semarang (Ulasan Pementasan Teater Atmosfer dan Teater Gema UPGRIS Berjudul Meneroka Tubuh) Oleh: Linda Ardiyanti Safitri 18410062


Meneroka Tubuh dalam Hatedu Semarang (Ulasan Pementasan Teater Atmosfer dan Teater Gema UPGRIS Berjudul Meneroka Tubuh) 

 Linda Ardiyanti Safitri 18410062

Gambar pementasan 

                       

Teater Internasional dan berbagai komunitas teater internasional melahirkan Hari Teater Dunia tepatnya setiap 27 Maret, berbagai komunitas teater seluruh dunia merayakan Hari Teater dengan berbagai pementasan yang membawa pesan-pesan khusus. Pementasan Meneroka Tubuh diadakan dalam memperingati hari teater dunia (hatedu). Pementasan ini diselenggarakan di Tambak Rejo, Tanjung Mas, Semarang Utara, Kota Semarang. Pementasan ini dilakukan secara live streaming di kanal Youtube Serat Semar pada hari Sabtu, 27 Maret 2021. Cuaca agaknya kurang mendukung angin laut yang berembus diiringi dengan gerimis kecil yang menjadi pelengkap suasana. Musik yang mengalun membuat suasana menjadi indah dan nyaman.

Pada bagian awal kita akan disuguhi dengan pembukaan yang luar biasa menarik dengan disuguhi pembacaan puisi “Menerokah Tubuh” karya sastrawan ternama sekaligus dosen Universitas PGRI Semarang  asal kendal yang bernama Setia Naka Adrian dan disutradarai oleh Noey Sindhu Praba. Dimainkan oleh: Akhmad Sofyan Hadi, Mutia, Sofyan, Nok Tri, Mufli, Wanda, Maulana, Roy, dan Ferianti dan di bawah pimpinan produksi Indri Yuswandari. Menikmati puisi sembari menyeduh kopi melihat para pemain sibuk memasang properti dan mempersiapkan diri. 

Pementasan ini mengalih wahanakan puisi ke dalam bentuk teater. Api, tiga boneka plastik, tuyul, gerakan atletis, orang membawa senter dengan menggunakan kostum bermacam-macam. kostum serba hitam,  putih dan ada juga yang mengenakan kostum berwarna emas. Kalian pasti bertanya-tanya apa makna adegan-adegan tersebut. Di akhir pementasan sutradara akan menjelaskan maksud dari properti dan berbagai adegan di “Menerokah Tubuh” yang di sutradarai oleh Noey Sindhu Praba.

Pertama, Mas Sindhu menjelaskan tiga manusia plastik yang di beri nama leluhur, manusia purba dan alien  dengan arti manusia mengucapkan sesuatu tanpa mempelajari secara mendalam akan hal yang dibicarakan dan kita sebagai manusia pada dasarnya sudah diberi pengetahuan.

Kedua, cahaya senter yang diarahkan pada satu aktor. Cahaya tersebut diibaratkan cahaya dari timur. Cahaya timur menggambarkan budaya timur yang sangat kuat. Namun seiring dengan waktu budaya timur ini hilang dan digantikan oleh budaya barat.

Api, Memberikan cahaya api juga menggambarkan kita dapat menggunakan sesuai kebutuhan kita. Tetapi kita lupa akan budaya yang sudah kita miliki yaitu budaya barat yang lambat laun akan menguasai budaya kita. 

Adegan jungkir balik menggambarkan bahwa kita selalu mengikuti trend, mengikuti gaya orang lain tanpa kita sadari bahwa kita sendiri yang jungkir balik mengejar atau mengikutinya.

Salam Budaya🤝, Semangat untuk Tetap Berkarya!!

Selamat Hari Teater Sedunia






Komentar